November 27, 2011

PEMBENIHAN IKAN LELE

1. PENDAHULUAN

Salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan ini berasal dari Benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Karena memiliki berbagai kelebihan, menyebabkan, lele dumbo termasuk ikan yang paling mudah diterima masyarakat. Kelebihan tersebut diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi. Maka tak heran, apabila minat masyarakat untuk membudidayakan lele dumbo sangat besar. Lele merupakan jenis ikan air tawar. Habitatnya di sungai dengan arus air perlahan, rawa, telaga, waduk, dan sawah tergenang air. Karena termasuk hewan nocturnal, lele lebih aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Di siang hari, lele lebih banyak berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim hujan. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah antara lain : ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka). Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan memijah pada musim penghujan. Ikan lele banyak diminati masyarakat sebagai bahan makanan. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele. Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:

  • Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
  • Clarias teysmani, dikenal sebagai ikan lele kembang (Jawa Barat), Kalng Putih (Padang).
  • Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
  • Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
  • Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (kalimantan Timur)
  • Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele dumbo.

2. DESKRIPSI KARAKTERISTIK IKAN LELE

2.1 Klasifikasi

Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Anak Kelas : Telestei
Bangsa : Ostariophysi
Anak Bangsa : Siluridae
Suku : Claridae
Marga : Clarias
Species : Clarias gariepinus


2.2 Pengenalan Jenis

Lele adalah ikan air tawar yang paling populer sebagai ikan budidaya. Di beberapa daerah, ikan lele dikenal dengan nama lele, lindi di Jawa Tengah, ikan kalang di Sumatera dan ikan keling di Sulawesi. Lele memiliki nama ilmiah Clarias batrachus, termasuk keluarga Claridae dan marganya Clarias. Badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih di bawah (depresed). Mulut berada di ujung/terminal dengan sepasang sungut, nasal, rahang atas, rahang bawah dan mental. Sirip ekor membundar tidak bergabung dengan sirip anal. Sirip perut juga membundar. Lele mempunyai senjata yang sangat ampuh dan berbisa berupa sepasang patil berada di sebelah depan sirip dada. Selain sebagai senjata, patil ini juga bisa dipergunakan ikan lele untuk melompat dari kolam atau berjalan di atas tanah. Oleh karena itu, lele mempunyai predikat tambahan sebagai walking catfish. Lele yang dikenal di masyarakat ada 3 macam yaitu hitam, putih dan belang. Ikan lele hitam biasanya dipelihara di kolam untuk dijadikan ikan konsumsi, sedangkan ikan lele belang dan putih lebih banyak untuk ikan pajangan atau hiasan. Ikan lele merupakan ikan yang mendiami rawa dan sungai. Lele dapat hidup dalam lumpur atau dalam perairan yang lembab karena mempunyai alat pernapasan tambahan yang terdapat dalam rongga insang.

2.3 Kebiasaan makan


Benih ikan lele menyukai jasad renik seperti protozoa, crustacea, rotifera, dan fitoplankton. Setelah dewasa ikan lele lebih menyukai larva insekta, udang, cacing, ikan, bahan organik/detritus yang berada di dasar kolam. Selain itu ikan lele juga mau memakan jasad hewan yang membusuk. Oleh karenanya ikan lele disebut sebagai scavanger atau pemakai bangkai. Binatang ini hidup di alam sebagai binatang yang aktif mencari pakan pada malam hari. Namun di kolam, ikan lele bisa dilatih untuk aktif pada siang hari. Lele tergolong ikan pemakan segala (omnivora) tetapi lebih menyukai pakan yang berasal dari hewan.

2.4 Kebiasaan Berkembang Biak


Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. Namun, ada pendapat bahwa ikan berpatil ini memijah pada sepanjang musim atau sepanjang tahun, dengan terlebih dahulu membuat lubang datar dengan kedalaman 20 cm dan diameter 25 cm. Telur dikeluarkan dalam lubang melekat pada rumput dan tanah. Telur berbentuk bulat, bewarna kecoklatan dengan diameter 1,3 - 1,6 mm. Dalam jangka 20 jam, telur akan menetas pada suhu
25 - 32º C. Induk jantan menjaga sarang dengan mengipaskan sirip ekornya untuk menambah kandungan oksigen.

3. TEKNIK PEMBENIHAN


3.1 Pemilihan Induk

 
Dalam membedakan ikan lele jantan dan betina dan memilih induk yang produktif membutuhkan suatu keahlian khusus. Induk jantan mempunyai ciri-ciri kepala yang relatif kecil, warna kulit dada agak tua, urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus dan warna kemerahan. Sedangkan induk betina mempunyai kepala yang relatif cukup besar, warna kulit dada agak terang, urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval, bewarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus. Ciri-ciri induk yang berkualitas pada induk betina perutnya yang mengembang dan terasa lembek bila diraba, sehat dan tidak dalam keadaan luka, berat badan sekitar 150-200 g/ekor, panjang total mencapai 20 cm lebih, induk telah mencapai umur 1 tahun. Pada induk jantan perutnya langsing, sehat dan tidak dalam keadaan luka, berat badan sekitar 150-200 g/ekor, panjang total mencapai 20 cm lebih, induk telah mencapai umur 1 tahun, Frekuensi pemijahan bisa satu bulan sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat makanannya harus mengandung cukup protein. Indukan lele siap memijah jika mulai berpasang-pasangan dan berkejar-kejaran.

3.2 Pematangan Gonad dan Pemijahan

 
Untuk memijahkan ikan lele dapat mempergunakan kolam yang luas maupun kolam sempit. Pada prinsipnya ada dua cara untuk memijahkan ikan lele, yaitu pemijahan sistem massal dan sistem berpasangan. Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 50 - 200 m2 dengan kepadatan 2 - 4 kg/m2. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pelet sebanyak 3 persen/hari dari berat tubuhnya. 


3.2.1 Pemijahan sistem massal


Pemijahan sistem massal adalah suatu cara pemijahan yang menempatkan beberapa pasang induk jantan dan betina yang matang kelaminnya ke dalam kolam pemijahan yang telah dilengkapi dengan sarang peneluran pada bagian pinggirnya. Jumlah induk jantan dan betina disesuaikan dengan jumlah sarang. Pemijahan dengan cara ini mengandalkan birahi induk jantan dan seleranya untuk mengajak salah seekor induk betina untuk melanjutkan keturunan. Makin perkasa induk jantan, sistem massal ini akan memberikan hasil yang baik. Namun, tanpa adanya partisipasi dari induk betina tentunya hasil benih pun kurang begitu memuaskan. Pada pemijahan massal ini setelah tujuh hari induk jantan dan betina yang terpilih dimasukkan ke dalam kolam pemijahan. Pada kolam dengan dua kedalaman, pemasukan induk lele di kolam pemeliharaan induk dilakukan empat hari kemudian. Bersamaan pemasukan induk, pemasukan air ditambah sehingga mencapai ketinggian 10-15 cm di atas dasar sarang peneluran. Induk-induk jantan akan mulai mengajak berkencan induk betina setelah menemukan tempat yang strategis, yaitu rumah petak di pinggir pematang.

Selama sepuluh hari dirawat dan diberi pakan yang cukup mengandung protein tinggi sebanyak 5-10% berat total ikan. Setiap hari pakan diberikan dua kali sehari pagi dan sore hari. Setelah itu, induk diharapkan memijah dalam sarang peneluran. Sepuluh hari kemudian air kembali disurutkan untuk memberikan rangsangan dan rawatan bagi induk lele. Begitu seterusnya hingga dua bulan. Selanjutnya air dikolam induk dikoras total. Pengurasan total dimaksudkan untuk menjaga kualitas air, memperbaiki dasar kolam dan untuk menyeleksi induk-induk yang masih bisa digunakan serta mengganti induk yang diafkir.

3.2.2 Pemijahan Sistem Pasangan

 
Sebarkan 1 pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi ± 25 cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam 14.00-16.00. Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah ± 10 hari, diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas. Setelah 24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induk lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik dan akan bertelur terus sampai umur lima tahun.

3.2.3. Pemijahan Buatan


Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsang ikan lele untuk kawin dengan cara suntikan berupa cairan hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipofisa berasal dari kelenjar hipofisa, yaitu hormon gonadotropin yang fungsinya memacu kematangan telur dan sperma. Setelah 12 jam, telur mengalami ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur). Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).

3.3 Penetasan



  • Menyiapkan bak penetasan telur, bersihkan terlebih dahulu bak-bak dengan permangkanat.
  • Isi air penetasan setinggi 40 cm, pindahkan / angkat kakaban masukan kedalam bak yang sudah disiapkan.
  • Amati telur-telur tersebut setelah 24 jam dan telur-telur tersebut mulai menetas. Telur yang baik akan menetas sampai 35 jam. Anak ikan yang keluar dari telur masih sangat kecil dan lemah. Badan transparan dan kalau dilihat dengan microskop akan terlihat masih mengandung kuning telur. Telur-telur yang tidak terbuahi berwarna kuning susu dan tidak akan menetas serta akan membusuk. Telur-telur yang terbuahi terlihat kuning transparan dan akan menetas setelah 34 jam sampai dengan 48 jam dikeluarkan oleh induk.

3.4 Perawatan Benih

 
3.4.1 Pemijahan massal

 
Benih diambil dengan piring plastik dan sebagian airnya diikutsertakan. Untuk memudahkan pengambilan benih, biasanya lubang sarang terlebih dahulu ditutup dengan enceng gondok. Air dikuras sebagian, kemudian benih diambil bersama-sama dengan sisa air. Pengambilan benih dengan mengikutsertakan sebagian air dimaksudkan untuk menjaga benih jangan sampai terluka. Benih kemudian dipindahkan ke dalam bak perawatan benih tersendiri berukuran 1m x 1m dengan tinggi 0,25 m dan ketinggian airnya 10-15 cm atau kolam yang berbentuk lingkaran dengan diameter 1 m. Pemberian makanan bisa diberikan ritifera dan zooplankton. Pada tahap pertama diberikan setelah 3-5 hari setelah dipindahkan. Memasuki hari yang keenam bisa diberikan kutu air disaring. Setelah 14 hari bisa diberikan kutu air tanpa disaring dan cacing sutra atau jentik-jentik nyamuk.

3.4.2 Pemijahan Berpasangan

 
Benih yang baru menetas belum membutuhkan pakan dari luar karena masih mengisap kuning telur atau yolk sack yang terdapat dalam badannya. Pada hari keempat benih sudah diberi pakan zooplankton/rotifera yang sesuai dengan lebar mulutnya dan alat-alat pencernaan yang masih lemah dalam tubuhnya. Setelah berumur 6 hari benih sudah bisa diberi pakan kutu air yang disaring. Hingga hari yang keempat belas, barulah benih ikan lele bisa diberikan pakan kutu air yang tidak disaring. Dengan perawatan yang intensif dapat diperoleh benih sebanyak 1.000-5.000 ekor benih berumur satu bulan dengan ukuran 3-5 cm.

3.5 Panen


Pengepakan dan Pengangkutan Benih
Cara tertutup jika jarak kolam pembenihan dengan kolam pemeliharaan cukup jauh dan cara terbuka jika 

jarak kolam tidak jauh
 

a. Cara tertutup 

Kantong Plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. Oksigen dari tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3 – ¼ bagian. Ujung plastik segera diikat rapat. Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah. 


b. Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh 



  1. Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari lima jam).
  2. Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap empat jam, seluruh air diganti (di tempat yang teduh).
Lele sudah bisa dipanen setelah berumur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki tetap saja bisa dipanen sewaktu-waktu. Berat rata-rata lele yang siap dipanen sekitar 200 gram per ekor. Lele dumbo bisa dipanen setelah berumur 3-4 bulan yang beratnya sudah mencapai 200-300 gram per ekor. Bila dibiarkan 5-6 bulan lagi, lele dumbo akan mencapai berat 1-2 kg per ekor dengan panjang 60-70 cm. Pemanenan sebaiknya pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Bila ingin dipanen seluruh lele, kolam dikeringkan sebagian sebelum ikan ditangkap menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau dengan jaring. Bila lele ingin dipancing, biarkan lele lapar lebih dahulu. Bila menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberikan pakan sehingga lele mudah ditangkap. Setelah dipanen, biarkan selama 1-2 hari di dalam tong atau bak tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang. Lele ditimbang dalam waktu singkat dan cukup sekali.
atau

1. PENDAHULUAN

Salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan ini berasal dari Benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Karena memiliki berbagai kelebihan, menyebabkan, lele dumbo termasuk ikan yang paling mudah diterima masyarakat. Kelebihan tersebut diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi. Maka tak heran, apabila minat masyarakat untuk membudidayakan lele dumbo sangat besar. Lele merupakan jenis ikan air tawar. Habitatnya di sungai dengan arus air perlahan, rawa, telaga, waduk, dan sawah tergenang air. Karena termasuk hewan nocturnal, lele lebih aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Di siang hari, lele lebih banyak berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim hujan. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah antara lain : ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka). Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan memijah pada musim penghujan. Ikan lele banyak diminati masyarakat sebagai bahan makanan. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele. Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:

  • Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
  • Clarias teysmani, dikenal sebagai ikan lele kembang (Jawa Barat), Kalng Putih (Padang).
  • Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
  • Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
  • Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (kalimantan Timur)
  • Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele dumbo.

2. DESKRIPSI KARAKTERISTIK IKAN LELE

2.1 Klasifikasi

Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Anak Kelas : Telestei
Bangsa : Ostariophysi
Anak Bangsa : Siluridae
Suku : Claridae
Marga : Clarias
Species : Clarias gariepinus


2.2 Pengenalan Jenis

Lele adalah ikan air tawar yang paling populer sebagai ikan budidaya. Di beberapa daerah, ikan lele dikenal dengan nama lele, lindi di Jawa Tengah, ikan kalang di Sumatera dan ikan keling di Sulawesi. Lele memiliki nama ilmiah Clarias batrachus, termasuk keluarga Claridae dan marganya Clarias. Badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih di bawah (depresed). Mulut berada di ujung/terminal dengan sepasang sungut, nasal, rahang atas, rahang bawah dan mental. Sirip ekor membundar tidak bergabung dengan sirip anal. Sirip perut juga membundar. Lele mempunyai senjata yang sangat ampuh dan berbisa berupa sepasang patil berada di sebelah depan sirip dada. Selain sebagai senjata, patil ini juga bisa dipergunakan ikan lele untuk melompat dari kolam atau berjalan di atas tanah. Oleh karena itu, lele mempunyai predikat tambahan sebagai walking catfish. Lele yang dikenal di masyarakat ada 3 macam yaitu hitam, putih dan belang. Ikan lele hitam biasanya dipelihara di kolam untuk dijadikan ikan konsumsi, sedangkan ikan lele belang dan putih lebih banyak untuk ikan pajangan atau hiasan. Ikan lele merupakan ikan yang mendiami rawa dan sungai. Lele dapat hidup dalam lumpur atau dalam perairan yang lembab karena mempunyai alat pernapasan tambahan yang terdapat dalam rongga insang.

2.3 Kebiasaan makan


Benih ikan lele menyukai jasad renik seperti protozoa, crustacea, rotifera, dan fitoplankton. Setelah dewasa ikan lele lebih menyukai larva insekta, udang, cacing, ikan, bahan organik/detritus yang berada di dasar kolam. Selain itu ikan lele juga mau memakan jasad hewan yang membusuk. Oleh karenanya ikan lele disebut sebagai scavanger atau pemakai bangkai. Binatang ini hidup di alam sebagai binatang yang aktif mencari pakan pada malam hari. Namun di kolam, ikan lele bisa dilatih untuk aktif pada siang hari. Lele tergolong ikan pemakan segala (omnivora) tetapi lebih menyukai pakan yang berasal dari hewan.

2.4 Kebiasaan Berkembang Biak


Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. Namun, ada pendapat bahwa ikan berpatil ini memijah pada sepanjang musim atau sepanjang tahun, dengan terlebih dahulu membuat lubang datar dengan kedalaman 20 cm dan diameter 25 cm. Telur dikeluarkan dalam lubang melekat pada rumput dan tanah. Telur berbentuk bulat, bewarna kecoklatan dengan diameter 1,3 - 1,6 mm. Dalam jangka 20 jam, telur akan menetas pada suhu
25 - 32º C. Induk jantan menjaga sarang dengan mengipaskan sirip ekornya untuk menambah kandungan oksigen.

3. TEKNIK PEMBENIHAN


3.1 Pemilihan Induk

 
Dalam membedakan ikan lele jantan dan betina dan memilih induk yang produktif membutuhkan suatu keahlian khusus. Induk jantan mempunyai ciri-ciri kepala yang relatif kecil, warna kulit dada agak tua, urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus dan warna kemerahan. Sedangkan induk betina mempunyai kepala yang relatif cukup besar, warna kulit dada agak terang, urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval, bewarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus. Ciri-ciri induk yang berkualitas pada induk betina perutnya yang mengembang dan terasa lembek bila diraba, sehat dan tidak dalam keadaan luka, berat badan sekitar 150-200 g/ekor, panjang total mencapai 20 cm lebih, induk telah mencapai umur 1 tahun. Pada induk jantan perutnya langsing, sehat dan tidak dalam keadaan luka, berat badan sekitar 150-200 g/ekor, panjang total mencapai 20 cm lebih, induk telah mencapai umur 1 tahun, Frekuensi pemijahan bisa satu bulan sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat makanannya harus mengandung cukup protein. Indukan lele siap memijah jika mulai berpasang-pasangan dan berkejar-kejaran.

3.2 Pematangan Gonad dan Pemijahan

 
Untuk memijahkan ikan lele dapat mempergunakan kolam yang luas maupun kolam sempit. Pada prinsipnya ada dua cara untuk memijahkan ikan lele, yaitu pemijahan sistem massal dan sistem berpasangan. Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 50 - 200 m2 dengan kepadatan 2 - 4 kg/m2. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pelet sebanyak 3 persen/hari dari berat tubuhnya. 


3.2.1 Pemijahan sistem massal


Pemijahan sistem massal adalah suatu cara pemijahan yang menempatkan beberapa pasang induk jantan dan betina yang matang kelaminnya ke dalam kolam pemijahan yang telah dilengkapi dengan sarang peneluran pada bagian pinggirnya. Jumlah induk jantan dan betina disesuaikan dengan jumlah sarang. Pemijahan dengan cara ini mengandalkan birahi induk jantan dan seleranya untuk mengajak salah seekor induk betina untuk melanjutkan keturunan. Makin perkasa induk jantan, sistem massal ini akan memberikan hasil yang baik. Namun, tanpa adanya partisipasi dari induk betina tentunya hasil benih pun kurang begitu memuaskan. Pada pemijahan massal ini setelah tujuh hari induk jantan dan betina yang terpilih dimasukkan ke dalam kolam pemijahan. Pada kolam dengan dua kedalaman, pemasukan induk lele di kolam pemeliharaan induk dilakukan empat hari kemudian. Bersamaan pemasukan induk, pemasukan air ditambah sehingga mencapai ketinggian 10-15 cm di atas dasar sarang peneluran. Induk-induk jantan akan mulai mengajak berkencan induk betina setelah menemukan tempat yang strategis, yaitu rumah petak di pinggir pematang.

Selama sepuluh hari dirawat dan diberi pakan yang cukup mengandung protein tinggi sebanyak 5-10% berat total ikan. Setiap hari pakan diberikan dua kali sehari pagi dan sore hari. Setelah itu, induk diharapkan memijah dalam sarang peneluran. Sepuluh hari kemudian air kembali disurutkan untuk memberikan rangsangan dan rawatan bagi induk lele. Begitu seterusnya hingga dua bulan. Selanjutnya air dikolam induk dikoras total. Pengurasan total dimaksudkan untuk menjaga kualitas air, memperbaiki dasar kolam dan untuk menyeleksi induk-induk yang masih bisa digunakan serta mengganti induk yang diafkir.

3.2.2 Pemijahan Sistem Pasangan

 
Sebarkan 1 pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi ± 25 cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam 14.00-16.00. Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah ± 10 hari, diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas. Setelah 24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induk lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik dan akan bertelur terus sampai umur lima tahun.

3.2.3. Pemijahan Buatan


Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsang ikan lele untuk kawin dengan cara suntikan berupa cairan hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipofisa berasal dari kelenjar hipofisa, yaitu hormon gonadotropin yang fungsinya memacu kematangan telur dan sperma. Setelah 12 jam, telur mengalami ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur). Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).

3.3 Penetasan



  • Menyiapkan bak penetasan telur, bersihkan terlebih dahulu bak-bak dengan permangkanat.
  • Isi air penetasan setinggi 40 cm, pindahkan / angkat kakaban masukan kedalam bak yang sudah disiapkan.
  • Amati telur-telur tersebut setelah 24 jam dan telur-telur tersebut mulai menetas. Telur yang baik akan menetas sampai 35 jam. Anak ikan yang keluar dari telur masih sangat kecil dan lemah. Badan transparan dan kalau dilihat dengan microskop akan terlihat masih mengandung kuning telur. Telur-telur yang tidak terbuahi berwarna kuning susu dan tidak akan menetas serta akan membusuk. Telur-telur yang terbuahi terlihat kuning transparan dan akan menetas setelah 34 jam sampai dengan 48 jam dikeluarkan oleh induk.

3.4 Perawatan Benih

 
3.4.1 Pemijahan massal

 
Benih diambil dengan piring plastik dan sebagian airnya diikutsertakan. Untuk memudahkan pengambilan benih, biasanya lubang sarang terlebih dahulu ditutup dengan enceng gondok. Air dikuras sebagian, kemudian benih diambil bersama-sama dengan sisa air. Pengambilan benih dengan mengikutsertakan sebagian air dimaksudkan untuk menjaga benih jangan sampai terluka. Benih kemudian dipindahkan ke dalam bak perawatan benih tersendiri berukuran 1m x 1m dengan tinggi 0,25 m dan ketinggian airnya 10-15 cm atau kolam yang berbentuk lingkaran dengan diameter 1 m. Pemberian makanan bisa diberikan ritifera dan zooplankton. Pada tahap pertama diberikan setelah 3-5 hari setelah dipindahkan. Memasuki hari yang keenam bisa diberikan kutu air disaring. Setelah 14 hari bisa diberikan kutu air tanpa disaring dan cacing sutra atau jentik-jentik nyamuk.

3.4.2 Pemijahan Berpasangan

 
Benih yang baru menetas belum membutuhkan pakan dari luar karena masih mengisap kuning telur atau yolk sack yang terdapat dalam badannya. Pada hari keempat benih sudah diberi pakan zooplankton/rotifera yang sesuai dengan lebar mulutnya dan alat-alat pencernaan yang masih lemah dalam tubuhnya. Setelah berumur 6 hari benih sudah bisa diberi pakan kutu air yang disaring. Hingga hari yang keempat belas, barulah benih ikan lele bisa diberikan pakan kutu air yang tidak disaring. Dengan perawatan yang intensif dapat diperoleh benih sebanyak 1.000-5.000 ekor benih berumur satu bulan dengan ukuran 3-5 cm.

3.5 Panen


Pengepakan dan Pengangkutan Benih
Cara tertutup jika jarak kolam pembenihan dengan kolam pemeliharaan cukup jauh dan cara terbuka jika 

jarak kolam tidak jauh
 

a. Cara tertutup 

Kantong Plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. Oksigen dari tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3 – ¼ bagian. Ujung plastik segera diikat rapat. Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah. 


b. Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh 



  1. Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari lima jam).
  2. Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap empat jam, seluruh air diganti (di tempat yang teduh).
Lele sudah bisa dipanen setelah berumur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki tetap saja bisa dipanen sewaktu-waktu. Berat rata-rata lele yang siap dipanen sekitar 200 gram per ekor. Lele dumbo bisa dipanen setelah berumur 3-4 bulan yang beratnya sudah mencapai 200-300 gram per ekor. Bila dibiarkan 5-6 bulan lagi, lele dumbo akan mencapai berat 1-2 kg per ekor dengan panjang 60-70 cm. Pemanenan sebaiknya pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Bila ingin dipanen seluruh lele, kolam dikeringkan sebagian sebelum ikan ditangkap menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau dengan jaring. Bila lele ingin dipancing, biarkan lele lapar lebih dahulu. Bila menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberikan pakan sehingga lele mudah ditangkap. Setelah dipanen, biarkan selama 1-2 hari di dalam tong atau bak tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang. Lele ditimbang dalam waktu singkat dan cukup sekali.

No comments:

Post a Comment