November 27, 2011

PEMBESARAN IKAN KAKAP PUTIH DI KERAMBA JARING APUNG


PENDAHULUAN

Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Produksi ikan kakap di indonesia sebagian besar masih dihasilkan dari penangkapan di laut, dan hanya beberapa saja diantarannya yang telah dihasilkan dari usah pemeliharaan (budidaya). Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk usaha budidaya ikan, namun usaha budidaya ikan kakap belum banyak berkembang, sedangkan di beberapa negara seperti: Malaysia, Thailand dan Singapura, usaha budidaya ikan kakap dalam jaring apung (floating net cage) di laut telah berkembang. Salah satu faktor yang menghambat perkembangan usaha budidaya ikan kakap di indonesia adalah masih sulitnya pengadaan benih secara kontinyu dalam jumlah yang cukup. Selain itu kurangnya keahlian masyarakat dalam budidaya ikan kakap putih. Faktor-faktor pendukung antara lain, ketersediaan lahan yang cukup, kondisi lingkungan perairan yang memadai, serta ketersedian bibit alam

ISI

Saat ini untuk mengembangkan budidaya ikan kakap putih maka dibuat suatu teknologi budidaya ikan kakap putih dalam keramba jaring apung. Kegiatan yang dilakukan adalah pembesaran ikan kakap putih dalam keramba jaring apung. Usaha alternatif pembesaran ikan kakap putih dalam keramba jaring apung sangat potensial untuk dikembangkan karena didukung oleh permintaan pasar yang terus meningkat. Dalam usaha pembesaran kakap putih digunakan teknologi keramba jaring apung (KJA) karena secara umum keramba lebih mudah dalam mengurusnya, produksinya per satuan luas lebih tinggi KJA, dan juga waktu panennya dapat diatur dan ukurannya seragam. Secara umum kegiatan pembesaran ikan kakp putih meliputi pembuatan fisik keramba jarring apung, operasional usaha dan pemasaran. Pembuatan phisik meliputi pembuatan rangka keramba, tubuh jaring dan aksesoris lainya. Oprasional usaha diawali dengan pembentukan tim pengelola. Anggota pengelola diambil dari kelompok masyarakat melalui musyawarah. Beberapa persyaratan teknis yang harus di penuhi untuk lokasi budidaya ikan kakap putih di laut adalah:

  1. Perairan pantai/ laut yang terlindung dari angin dan gelombang
  2. Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan ikan kakap putih berkisar antara 5 ~ 7 meter.
  3. Pergerakan air yang cukup baik dengan kecepatan arus 20-40 cm/detik.
  4. Kadar garam 27 ~ 32 ppt, suhu air 28 ~ 30 0C dan oksigen terlarut 7 ~ 8 ppm
  5. Benih mudah diperoleh.
  6. Bebas dari pencemaran dan mudah dijangkau.
  7. Tenaga kerja cukup tersedia dan terampil.


Pemeliharaan ikan kakap di laut umumnya dilakukan dalam keramba jarring apung (floating net cage) dengan metoda operasional secara mono kultur. Secara garis besar keramba jaring apung terdiri dari beberapa bagian yaitu:

  1. Jaring yang terbuat dari bahan jaring PE 210 D/18 dengan ukuran lebar mata 1 ~ 1,25”, untuk menjaga jangan sampai ada ikan peliharaan yang keluar. Ukuran jala 3 m x 3 m x 3 m.
  2. Kerangka/Rakit: Kerangkan berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan. Kerangka terbuat dari bamboo atau kayu dengan ukuran 8 m x 8 m
  3. Pelampung: Pelampung berpungsi untuk mengapungkan seluruh sarana budidaya atau barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan
  4. Jangkar : Agar seluruh sarana budidaya tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh angin, gelombang digunakan jangkar.
  5. Ukuran benih yang akan dipelihara
  6. Pakan yang digunakan : ikan rucah
  7. Perahu : Jukung
  8. Peralatan lain : ember,serok ikan, keranjang, gunting dll.
Perakitan karamba jaring bisa dilakukan di darat dengan terlebih dahulu dilakukan pembuatan kerangka rakit sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya yang telah ditentukan dan agar tetap pada tempatnya (tidak terbawa arus) diberi jangkar sebanyak 4 buah. Jaring apung apa yang telah dibuat berbentuk bujur sangkar pada kerangka rakit dengan cara mengikat keempat sudut kerangka. Untuk membuat jaring agar berbentuk bujur sangkar, maka pada sudut bagian bawah jaring diberi pemberat.

OPERASIONAL BUDIDAYA

1. Metode Pemeliharaan

Benih Kakap Putih dapat diperoleh dari alam atau dari panti benih. Ukuran panjang 2-3 an (30-40 hari) atau ukuran besar 25-30 gram/ekor. Benih berenang cepat/gesit sisik mengkilat tergolong benih yang baik dan sehat. Kepadatan optimal untuk benih berukuran 25-30 gram/ekor adalah 100 ekor/m3. Sedangkan benih berukuran 100-150 gram/ekor. padat tebarnya adalah 40-50 ekor/m3 KJA. Padat penebaran yang ditetapkan adalah 50 ekor/m3 volume air. Pendederan dilakukan setelah benih berumur 30 hari (D-30) dari saat penetasan. Waktu penebaran benih adalah pagi hari atau sore hari. Padat penebaran antara 80-100 ekor/m3 volume air. Masa pemeliharaan pendederan selama 1 - 2 bulan, benih sudah akan mencapai ukuran gelondong. Pemeliharaan selama satu bulan ukuran panjang 2,5 - 3,5 cm, sedangkan pemeliharaan selama 2 bulan 7,5 - 10 cm. Jaring/hapa yang memiliki lubang (mata jaring) kecil. Dengan ukuran kurungan pendederan adalah 2x2x2 m3 atau 3x3x3 m3. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari dengan takaran pakan 8-10% botol total badan perhari. Jenis pakan yang diberikan adalah ikan rucah (trash fish). Konversi pakan yang digunakan adalah 6:1 dalam arti untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan pakan 6 kg. Selama periode pemeliharan yaitu 5-6 bulan, dilakukan pembersihan kotoran yang menempel pada jaring, yang disebabkan oleh teritif, algae, kerangkerangan dll. Penempelan organisme sangat menggangu pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah berat. Pembersihan kurungan dapat dilakukan dengan cara menyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggi. Selain pengelolaan terhadap sarana /jaring, pengelolaan terhadap ikan peliharaan juga termasuk kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan. Setiap hari dilakukan pengontrolan terhadap ikan peliharaan secara berkala, guna untuk menghindari sifat kanibalisme atau kerusakan fisik pada ikan. Disamping itu juga untuk menghindari terjadinya pertumbuhan yang tidak seragam karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan. Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari hasil pengontrolan terlihat ukuran ikan yang tidak seragam. Dalam melakukan pengontrolan, perlu dihindari jangan sampai terjadi stress.

2. Kegiatan Pembesaran

 
Setelah benih berukuran 75 - IO cm, langkah pemeliharaan selanjutnya adalah pemindahan benih ke dalam kurungan pembesaran. Besar Konstruksi kurungan pembesaran yaitu 4x4x3 m3 atau 5x5x3 m3. Bahan kurungan (jaring) dari P€ (polythilene = eks jaring trawl) dengan mesh size 3/4 inchi (D.12 - 16) untuk pembesaran tahap I. dan untuk tahap II dengan mesh size 1.25 inchi (D.I8). Padat penebaran untuk tahap I. yakni bulan I dan II, pada kurungan pembesaran adalah 30-35 ekor gelondong/m3; dan untuk tahap II, yakni bulan III kepadatannya diturunkan menjadi 25-30 ekor gelondong/m3. Usaha pembesaran di perairan atau laut diperlukan waktu sekitar 4-5 bulan. Untuk ukuran konsumsi waktu pemeliharaannya ditambah beberapa bulan dan padat penebarannya diturunkan menjadi 15 - 20 ekor/m3. Untuk mernacu pertumbuhan. perlu diberi tambahan pakan cacahan daging ikan rucah segar dengan dosis 5-10% per hari dari total berat badan ikan.

3. Panen

 
Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat jaring keluar rakit, kemudian dilakukan penyerokan.

(Dyan Iesti Novianty). atau


PENDAHULUAN

Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Produksi ikan kakap di indonesia sebagian besar masih dihasilkan dari penangkapan di laut, dan hanya beberapa saja diantarannya yang telah dihasilkan dari usah pemeliharaan (budidaya). Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk usaha budidaya ikan, namun usaha budidaya ikan kakap belum banyak berkembang, sedangkan di beberapa negara seperti: Malaysia, Thailand dan Singapura, usaha budidaya ikan kakap dalam jaring apung (floating net cage) di laut telah berkembang. Salah satu faktor yang menghambat perkembangan usaha budidaya ikan kakap di indonesia adalah masih sulitnya pengadaan benih secara kontinyu dalam jumlah yang cukup. Selain itu kurangnya keahlian masyarakat dalam budidaya ikan kakap putih. Faktor-faktor pendukung antara lain, ketersediaan lahan yang cukup, kondisi lingkungan perairan yang memadai, serta ketersedian bibit alam

ISI

Saat ini untuk mengembangkan budidaya ikan kakap putih maka dibuat suatu teknologi budidaya ikan kakap putih dalam keramba jaring apung. Kegiatan yang dilakukan adalah pembesaran ikan kakap putih dalam keramba jaring apung. Usaha alternatif pembesaran ikan kakap putih dalam keramba jaring apung sangat potensial untuk dikembangkan karena didukung oleh permintaan pasar yang terus meningkat. Dalam usaha pembesaran kakap putih digunakan teknologi keramba jaring apung (KJA) karena secara umum keramba lebih mudah dalam mengurusnya, produksinya per satuan luas lebih tinggi KJA, dan juga waktu panennya dapat diatur dan ukurannya seragam. Secara umum kegiatan pembesaran ikan kakp putih meliputi pembuatan fisik keramba jarring apung, operasional usaha dan pemasaran. Pembuatan phisik meliputi pembuatan rangka keramba, tubuh jaring dan aksesoris lainya. Oprasional usaha diawali dengan pembentukan tim pengelola. Anggota pengelola diambil dari kelompok masyarakat melalui musyawarah. Beberapa persyaratan teknis yang harus di penuhi untuk lokasi budidaya ikan kakap putih di laut adalah:

  1. Perairan pantai/ laut yang terlindung dari angin dan gelombang
  2. Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan ikan kakap putih berkisar antara 5 ~ 7 meter.
  3. Pergerakan air yang cukup baik dengan kecepatan arus 20-40 cm/detik.
  4. Kadar garam 27 ~ 32 ppt, suhu air 28 ~ 30 0C dan oksigen terlarut 7 ~ 8 ppm
  5. Benih mudah diperoleh.
  6. Bebas dari pencemaran dan mudah dijangkau.
  7. Tenaga kerja cukup tersedia dan terampil.


Pemeliharaan ikan kakap di laut umumnya dilakukan dalam keramba jarring apung (floating net cage) dengan metoda operasional secara mono kultur. Secara garis besar keramba jaring apung terdiri dari beberapa bagian yaitu:

  1. Jaring yang terbuat dari bahan jaring PE 210 D/18 dengan ukuran lebar mata 1 ~ 1,25”, untuk menjaga jangan sampai ada ikan peliharaan yang keluar. Ukuran jala 3 m x 3 m x 3 m.
  2. Kerangka/Rakit: Kerangkan berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan. Kerangka terbuat dari bamboo atau kayu dengan ukuran 8 m x 8 m
  3. Pelampung: Pelampung berpungsi untuk mengapungkan seluruh sarana budidaya atau barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan
  4. Jangkar : Agar seluruh sarana budidaya tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh angin, gelombang digunakan jangkar.
  5. Ukuran benih yang akan dipelihara
  6. Pakan yang digunakan : ikan rucah
  7. Perahu : Jukung
  8. Peralatan lain : ember,serok ikan, keranjang, gunting dll.
Perakitan karamba jaring bisa dilakukan di darat dengan terlebih dahulu dilakukan pembuatan kerangka rakit sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya yang telah ditentukan dan agar tetap pada tempatnya (tidak terbawa arus) diberi jangkar sebanyak 4 buah. Jaring apung apa yang telah dibuat berbentuk bujur sangkar pada kerangka rakit dengan cara mengikat keempat sudut kerangka. Untuk membuat jaring agar berbentuk bujur sangkar, maka pada sudut bagian bawah jaring diberi pemberat.

OPERASIONAL BUDIDAYA

1. Metode Pemeliharaan

Benih Kakap Putih dapat diperoleh dari alam atau dari panti benih. Ukuran panjang 2-3 an (30-40 hari) atau ukuran besar 25-30 gram/ekor. Benih berenang cepat/gesit sisik mengkilat tergolong benih yang baik dan sehat. Kepadatan optimal untuk benih berukuran 25-30 gram/ekor adalah 100 ekor/m3. Sedangkan benih berukuran 100-150 gram/ekor. padat tebarnya adalah 40-50 ekor/m3 KJA. Padat penebaran yang ditetapkan adalah 50 ekor/m3 volume air. Pendederan dilakukan setelah benih berumur 30 hari (D-30) dari saat penetasan. Waktu penebaran benih adalah pagi hari atau sore hari. Padat penebaran antara 80-100 ekor/m3 volume air. Masa pemeliharaan pendederan selama 1 - 2 bulan, benih sudah akan mencapai ukuran gelondong. Pemeliharaan selama satu bulan ukuran panjang 2,5 - 3,5 cm, sedangkan pemeliharaan selama 2 bulan 7,5 - 10 cm. Jaring/hapa yang memiliki lubang (mata jaring) kecil. Dengan ukuran kurungan pendederan adalah 2x2x2 m3 atau 3x3x3 m3. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari dengan takaran pakan 8-10% botol total badan perhari. Jenis pakan yang diberikan adalah ikan rucah (trash fish). Konversi pakan yang digunakan adalah 6:1 dalam arti untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan pakan 6 kg. Selama periode pemeliharan yaitu 5-6 bulan, dilakukan pembersihan kotoran yang menempel pada jaring, yang disebabkan oleh teritif, algae, kerangkerangan dll. Penempelan organisme sangat menggangu pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah berat. Pembersihan kurungan dapat dilakukan dengan cara menyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggi. Selain pengelolaan terhadap sarana /jaring, pengelolaan terhadap ikan peliharaan juga termasuk kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan. Setiap hari dilakukan pengontrolan terhadap ikan peliharaan secara berkala, guna untuk menghindari sifat kanibalisme atau kerusakan fisik pada ikan. Disamping itu juga untuk menghindari terjadinya pertumbuhan yang tidak seragam karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan. Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari hasil pengontrolan terlihat ukuran ikan yang tidak seragam. Dalam melakukan pengontrolan, perlu dihindari jangan sampai terjadi stress.

2. Kegiatan Pembesaran

 
Setelah benih berukuran 75 - IO cm, langkah pemeliharaan selanjutnya adalah pemindahan benih ke dalam kurungan pembesaran. Besar Konstruksi kurungan pembesaran yaitu 4x4x3 m3 atau 5x5x3 m3. Bahan kurungan (jaring) dari P€ (polythilene = eks jaring trawl) dengan mesh size 3/4 inchi (D.12 - 16) untuk pembesaran tahap I. dan untuk tahap II dengan mesh size 1.25 inchi (D.I8). Padat penebaran untuk tahap I. yakni bulan I dan II, pada kurungan pembesaran adalah 30-35 ekor gelondong/m3; dan untuk tahap II, yakni bulan III kepadatannya diturunkan menjadi 25-30 ekor gelondong/m3. Usaha pembesaran di perairan atau laut diperlukan waktu sekitar 4-5 bulan. Untuk ukuran konsumsi waktu pemeliharaannya ditambah beberapa bulan dan padat penebarannya diturunkan menjadi 15 - 20 ekor/m3. Untuk mernacu pertumbuhan. perlu diberi tambahan pakan cacahan daging ikan rucah segar dengan dosis 5-10% per hari dari total berat badan ikan.

3. Panen

 
Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat jaring keluar rakit, kemudian dilakukan penyerokan.

(Dyan Iesti Novianty).

No comments:

Post a Comment